Korelasi antara Seni, Budaya, dan Agama
Penulis:
Nashrul Haq
Editor:
H. A Rofik Husen, M.Si.
Ine Agustine, S.Pd.
Tebal buku:
60 Halaman
Alamat:
PPI 110 Manba'ul Huda Bandung
PPI 110 Manba'ul Huda Bandung
ABSTRAK
Sebuah karya tulis yang penulis buat ini berjudul “korelasi antara
seni, budaya, dan agama yang ditinjau dari kebiasaan masyarakat indonesia.
Bertujuan untuk mengetahui lebih dalam hubungan antara seni, budaya, dan agama
berdasarkan kebiasaan masyarakat yang sudah kebiasaan. Metode yang digunakan
dalam pembuatan karya tulis ini dengan menggunakan metode deskripti yaitu
dengan melaukan pengumpulan data secara literatur.
Korelasi antara seni, budaya, dan agama yang petulis maksud, yaitu
menerangkan hubungan antara seni dan budaya, budaya dan agama, seni dan agama
yang kemudian penulis mencari hubungan dari pembahasan diatas. Karena sebagian
orang belum mengetahui hubungan antara seni, budaya,dan agama yang akan
menghasilkan keindahan. Masyarakat Indonesia yang memiliki kebudayaan yang
berbeda, disetiap daerahnya tentu harus menjaga dan melestarikan kebudayaanya
agar generasi yang akan datang akan bisa menikmati.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah korelasi
antara seni, budaya dan agama yang di lihat dari kebiasaan masyarakat Indonesia,
untuk mengetahui apakah setiap kelompok masyarakat di Indonesia mempunyai seni,
budaya dan agama yang saling keterkaitan, untuk mengetahui bentuk seni, budaya
dan agama yang saling berkaitan di Indonesia, dan untuk mengetahui literatur
sejarah tentang Seni, Budaya dan agama.
Berdasarkan penelitian tersebut maka hendaklah kita selaku manusia
ciptaan allah harus saling menghargai dan menjaga apa yang telah diciptakan
oleh manusia seperti seni budaya, dan agama sebagai sebagai sistem yang
mengatur tata keimana dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kaya dengan budaya,
kesenian
dan agama
yang beraneka ragam. Setiap daerah di Indonesia
mempunyai perbedaan dalam kebudayaan, kesenian
dan agama,
hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia hidup berdampingan meskipun dengan kebudayaan,
kesenian
dan agama
yang berbeda. Semua itu tidak datang begitu saja, dengan adanya kehidupan dari
generasi sebelumnya yang mewariskan berbagai macam kebudayaan dan kesenian
kemudian warisan tersebut dilestarikan dan dijaga dengan baik sehingga generasi
yang akan datang bisa menikmatinya.
Seiring
berjalannya waktu,
separuh dari kebudayaan dan kesenian yang
terdapat di Indonesia menghilang begitu saja, apabila tingkat kesadaran
masyarakat dalam melestarikannya sangat kurang. Hal ini menunjukkan dengan
seiring waktu yang tidak dapat diputar balik, kebudayaan
dan kesenian
yang ada di Indonesia akan menhilang begitu saja. Setiap individu akan sangat
membantu dalam melestarikan kebudayaan dan kesenian, apabila setiap individu
itu mempunyai kesadaran dalam melestarikannya.
Adanya kesadaran
masyarakat dalam menjaga dan melestarikannya, akan sangat membantu dalam
pelestarian kebudayaan dan kesenian di
Indonesia. Tanpa sadarnya, manusia tidak mengetahui bahwa kebudayaan
dan kesenian
tumbuh bersama diri mereka sendiri. Ketika manusia dilahirkan, mereka sudah
mempunyai kebuadayaan dan kesenian yang akan diwariskan oleh orang-orang yang
senantiasa membesarkannya.
Manusia adalah mahkluk sosial yang
tidak dapat hidup secara individualisme, karena
manusia adalah mahkluk sosial yang berkelompok. Adanya pengelompokan manusia di
suatu daerah yang berbeda akan menghasilkan suatu kebudayaan dan kesenian yang
beraneka ragam, salah satunya di Indonesia. Masyarakat yang mendiami daerah di
Indonesia akan senantiasa bertanggung jawab dalam melestarikan kebudayaan dan
kesenian yang ada di daerahnya.
Dalam hal ini Indonesia memiliki
seni, budaya dan agama yang beraneka ragam, oleh karena itu penulis menjadi
untuk mengkaji dan menjadikan kebudayaan yang terdapat di Indonesia menjadi
sebuah karya tulis ilmiah yang di beri
judul ”Korelasi antara Seni, Budaya dan Agama di Tinjau dari kebiasaan
Masyarakat Indonesia”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Adakah
Korelasi antara Seni, Budaya dan
Agama yang di lihat dari kebiasaan Masyarakat Indonesia?
2.
Apakah
setiap kelompok masyarakat di Indonesia mempunya Seni, Budaya dan Agama yang
saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lainya?
3.
Bagaimana bentuk Seni, Budaya dan Agama yang saling berkaitan di Indonesia?
4.
Apakah
ada literatur sejarah yang menyebutkan tentang Korelasi
antara Seni, Budaya dan agama?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui adakah Korelasi antara Seni, Budaya dan Agama yang di lihat dari kebiasaan
Masyarakat Indonesia.
2.
Untuk
mengetahui apakah setiap kelompok
masyarakat di Indonesia mempunyai Seni, Budaya dan agama yang saling
keterkaitan.
3.
Untuk
mengetahui bentuk Seni, Budaya dan Agama yang saling berkaitan di Indonesia.
4.
Untuk
mengetahui literatur sejarah tentang Seni, Budaya dan agama.
D.
Metode Penelitian
Untuk mendeskripsikan Metode penelitian: metode yang di gunakan
pada penelitian kali ini yaitu metode deskriftif, yang berupa literatur dan
pencatatan data tertulis. Yaitu penulis akan mengumpulkan data dengan mencari
keterangn-keterangan dari berbagai literatur sebagai perbandingan atau acuan
dengan peristiwa yang akan dikaji.
E.
Definisi Operasianal
Korelasi adalah hubungan timbal balik.
Seni adalah suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan
yang luar biasa.
Budaya adalah suatu sikap, nilai-nilai dan
keterampilan yang melekat di masyarakat.
Agama adalah ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
Kebiasaan adalah perilaku yang sering di lakukan.
Masyarakat adalah kumpulan orang yang menduduki atau
mendiami suatu daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Seni
Dalam bahasa sansakerta, Seni berasal dari kata cilpa,
sebagai kata sifat, yang berarti bewarna, dan kata jadinya su-cilpa,
berati dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian seni, memiliki tiga
arti diantaranya:
1.
Seni
diartikan halus, kecil dan halus, tipis, lembut dan enak di dengar, mungil dan
elok.
2.
Keahlian
membuat karya bermutu (dilihat dari segi keindahan dan kehalusanya).
3.
Kesanggupan
akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
sinonim dari ilmu. Seni bisa dilihat dari intisari ekspresi individu setiap
manusia, oleh karena itu Seni sangat sulit untuk dinilai dan dijelaskan. Hal
ini menjelaskan bahwa setiap individu memilih sendiri peraturan dan parameter
yang menuntunya atau kerjanya.
Setiap orang pasti mengartikan seni dengan berbeda, dikarenakan
seni tumbuh dalam diri seseorang yang hanya dapat diartikan oleh diri sendiri.
Adapun beberapa pendapat tentang pengertian seni diantaranya:
1.
Menurut
Ensiklopedia Indonesia
Seni adalah penciptaan hal atau suatu benda, yang karena keindahan
bentuknya, orang senang melihat dan mendengar.
2.
Menurut
Aristoteles
Seni adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan
upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan tertentu.
3.
Menurut
Ki Hadjar Dewantara
Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dan bersifat
indah, menyenangkan dan dapat menggerakkan jiwa manusia.
1. Cabang-cabang Seni
a. Seni Rupa
Seni Rupa merupakan salah satu cabang kesenian. seni rupa memiliki
wujud pasti dan tetap, yakni dengan memanfaatkan unsur rupa sebagai salah satu
wujud yang diklasifikasikan ke dalam bentuk gambar, lukis, patung, grafis,
kerajinan tangan, karya dan multimedia. Kompetensi dasar yang harus dicapai
bidang seni rupa meliputi kemampuan
memahami dan berkaya lukis, kemampuan memahami dan membuat patung, kemampuan
memahami dan berkarya grafis, kemampuan memahami dan membuat kerajinan tangan,
serta kemampuan memahami dan berkarya atau membuat sarana multimedia.
Seni rupa telah mengakar mulai dari jaman animisme dan dinamisme hingga
jaman melenium. Maka seni rupa menjadi salah satu bagian dari cabang seni yang
secara performatif mempresentasikan wujud yang sangat kasat mata.
b. Seni Tari/Gerak
Media ungkap tari adalah gerak, gerak tari merupakan gerak yang
diperhalus dan diberi unsur estetis. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media
untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari koreografer. Keindahan tari
terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan, baik dari koreografer, peraga dan
penikmat atau penonton.
Kompetensi dasar dalam mempelajari seni tari mencakup praktik dasar
dan mahir dalam penguasaan gerak yang meliputi tari tradisional maupun tari
garapan. Kemampuan memahami dan berkarya tari (koreografi) adalah keterampilan
khusus, yang berhubungan dengan kepekaan koreografi. Sebagai penyesuaian abad
modern, kemampuan memahami dan membuat perangkat multimedia hubungannya dengan
tari adalah bentuk penyesuaian sumber daya manusia dalam adaptasinya dengan
teknologi.
Perwujudan ekspresi yang dijiwai oleh gerak, serta diikat dengan
nilai-nilai budaya menjadi patokan dasar atau standar ukur tari, yang akan
dikaji menjadi bentuk tari-tarian daerah di Indonesia. Sebagai salah satu unsur
terpenting, kesenian di Indonesia dalam wujud performa gerak dan dibutuhkan
adanya kehidupan sosial dan spiritual masyarakat sebaga pendukungnya.
Peran dan fungsi tarian yang begitu penting, hingga kini pada
puncak kesenian daerah menjadi simbol dan puncak tari sebagai budaya di daerah
yang bersangkutan. Jenis tari yang telah menjadi puncak budaya daerah sangat
erat untuk dijadikan sebagai tarian yang diunggulkan oleh daerah tersebut.
c. Seni Suara/Vocal/Musik
Musik adalah bunyi yang diterima oleh setiap individu yang
berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi
tentang musik juga bermacam-macam diantaranya:
1. Bunyi/kesan
terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengar
2. Suatu karya seni
dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
3. Segala bunyi yang
cara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik.
Seni Musik adalah bagian dari aktivitas kultur dan sosial manusia,
dimana seni musik dijadikan untuk mengekspresikan perasaan dan idenya. Seni
Musik juga diartikan sebagai kesenian yang berupa bunyi/kesan terhadap sesuatu
yang ditangkap oleh indera pendengar dan sebagai karya seni dengan segenap
unsur pokok dan pendukungnya.
d. Seni Sastra
Seni Sastra adalah hasil budaya yang dapat diartikan sebagai bentuk
upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari
peasaan dan pemikian. Kata “sastra” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sansekerta akar kata Sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan,
mengajar, memberikan petunjuk atau instruksi. Akhiran kata “tra” biasanya
menunjukkan alat, suasana. Maka dari sastra dapat berarti, alat untuk mengajar,
buku petunjuk, buku instruksi dan pengajaran; misalnya silpasastra, buku
arsitektur, buku petunjuk mengenai seni cerita“.
e. Seni Teater/Drama
Seni teater adalah seni yang kompleks, artinya dapat bekerjasama
dengan cabang seni lainnya. Di Indonesia mempunyai dua teater, diataranya
adalah :
1. Teater Tradisional
Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari
daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan
struktur geografis masing-masing daerah. contoh:
- Ketoprak dari Yogyakarta
- Ludruk dari Surabaya
- Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta
- Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi
2. Teater Modern
Teater Modern adalah cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian sehari-hari,
atau karya sastra. contoh:
-Drama
-Teater
-Sinetron
-Film
Seni teater merupakan kumpulan dari orang-orang yang mempunyai
kesenangan yang sama, sehingga dengan berkumpulnya orang-orang tersebut
menghasilkan sebuah karya seni yang bernilai tinggi. Dengan kerja keras dari
orang-orang yang bermain teater akan menghasilkan kepuasan tersendiri.
f. Seni lukis
Lukisan adalah karya seni rupa yang paling awal yang diciptakan
manusia di Indonesia, tepatnya oleh bangsa Papua-Melanesoide. Pembuatan likisan
ini berlangsung di Zaman Mesolitikum atau Zaman Batu Tengah. Menurut van
Heekeren, lukisan babi hutan di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan, berumur
4.000 tahun (Soekmono, 1997: 38-48).
Tujuan pembuatan lukisan tidak dapat dijelaskan dengan tepat karena
tidak ada sumber tertulis yang bisa diginakan untuk menjelaskan hal itu. Tetapi
keliru jika orang menggap bahwa lukisan-lukisan itu dibuat sekedar untuk
“corat-coret”, untuk mengisi waktu. Sebagian lukisan bisa saja dibuat untuk
mengisi waktu, tetapi sebagian besar lukisan itu dibuat untuk kepentingan
religius atau praktis.
B.
Pengertian Budaya
Budaya scara harfiyah artinya “
budhi atau akal”. Jadi budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat yang
belum terealisasikan dan secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan
pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama,
waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi yang
diperoleh oleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha
individu dan kelompok. Budaya juga
berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serata lingkungan sosial yang
mempengaruhi hidup kita.
Mempelajari pengertian kebudayaan bukan
sutatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai
bahasa, sejarah, dan sumber bacaan atau literaturnya, baik yang berwujud
ataupun yang abstrak yang secara jelas menunjukan jalan hidup bagi kelompok
orang (masyarakat). Demikian dengan pendekatan metodenya sudah banyak disiplin
ilmu lain seperti sosiologo, psikoanalisis, psikologo (perilaku) mengkaji
bermacam-macam masalah kebudayaan, yang tingkat kejelasanya tergantung pada
konsep dan penekanan masing-masing unsur konsepnya. Bahkan ada yang
bertentangan dalam hala pertanyaan dalam segi epistemologis dan Ontologos.
Walaupun demikian, menurut Kluckhohn (1951) hampir semua antropologi Amerika
setuju dengan dalil rancangan usulan yang diajukan oleh Herkovits dalam bukunya
yang berjudul Man and His Work tentang teori kebudayaan yaitu:
1. Kebudayaan
dapat dipelajari.
2. Kebudayaan berasal
atau bersumber dari segi biologis, lingkungan, psikologis, dan komponen sejarah
eksistensi manusia.
3. Kebudayaan
mempunyai struktur.
4. Kebudayaan dapat
dipecah-pecah kedalam berbagai aspek.
5. Kebudayaan bersifat
dinamis.
6. Kebudayaan
mempunyai variabel
7. Kebudayaan
memperlihatkan keteraturan yang dapat dianalisis dengan metode ilmiah.
8. Kebudayaan
merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan
menambah arti bagi kesan kreatifnya.
Budaya menampakan diri dalam
pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi
sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri terhadap gaya
hidup, yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu
lingkungan geografis tertentu, pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu,
dan pada suatu saat tertentu. Budaya hadir dan bersinambung di mana-mana,
budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama periode
kehidupan.
Budaya bersangkutan dengan cara
manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan
apa yang patut menurut budayanya. Dengan adanya budaya ini secara pasti
mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati, dan bahkan setelah mati
pun kita di kuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.
Nilai-nilai atau pola pikir masyarakat yang mempengaruhi etika, yang kemudian direlisasikan
dalam unsur-unsur kebudayaan yang mempengaruhi sikap mental dalam kehidupan
sehari-hari. Dengana demikian, budaya bisa membawa kehidupan seseorang menjadi
lebih baik atau buruk.
Kemajemukan, sekaligus perbedaan
yang terkandung di dalam kebudayaan daerah di indonesia, yang tercermin dalam
ragam yang kaya dalam bahasa daerah, suku, sistem kekerabatan, agama dan sistem
kepercayaan misalnya, sungguh sebuah panorama yang indah dan unik. Maka
jelaslah bahwa kebudayaan merupakan
seperangkat cara yang lazim oleh sekelompok individu untuk memecahkan masalah,
yang merupakan hasil dari interaksinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya.
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
1.
Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia: Wujud ini disebut sistem budaya,
sifatnya abstark, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia
yang menganutnya. Disebutkan sistem budaya karena gagasan dan pikiran tersebut
tidak merupakan kepingan-kepingan yang
terlepas, melainkan saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat
hubunganya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relatif mantap dan
kontinyu.
2.
Kompleks aktifitas, berupa aktifitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat
kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem
sosial. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya.
Apapun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh
gagasan-gagasan, dan pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala manusia. Karena
saling berinteraksi antara manusia, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan
gagasan, konsep, dan pikiran baru serta tidak mustahil dapat diterima dan
mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang berinteraksi tersebut.
3.
Wujud sebagai benda. Aktifitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas
dari berbagai penggunaan peralatan sebagi hasil karya manusia untuk mencapai
tujuanya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai
keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga
disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai benda yang
bergerak.
Menurut seorang ahli antropologi
terkenal, C. Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan mengandung lima masalah
dasar dalam kehidupan manusia. Atas dasar konsepsi itu, bersama dengan
istrinya, F. Kluckhohn, ia mengembangkan suatu kerangka yang dapat dipakai oleh
para ahli antropologi untuk menganalisis secara univeral tiap variasi dalam sistem nilai budaya semua macam kebudayaan yang terdapat di
dunia. Menurut C. Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang
menjadi landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya adalah:
1. Masalah hakikat dari hidup
manusia (selanjutnya disingkat MH)
Hakikat hidup manusia untuk setiap kebudayaan berbeda secara
ekstrem, ada berusaha memadamkan hidup (nirvana = meniup habis), ada pula yang
dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagi suau hal yang
baik,”mengisi hidup”.
2. Masalah hakikat dari karya
manusia (selanjutnya disingkat MK)
Setiap kebudayaan hakikatnya berbeda-beda, di antaranya ada yang
beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau
kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
3. Masalah hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu
(selanjutnya disingkat MW).
Hakikat waktu untuk setiap kebudayaan berbeda, ada yang
berpandangan mementingkan orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan
untuk masa kini atau yang akan datang.
4. Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
(selanjutnya disingkat MA)
Ada kebudayaan yang menggap manusia harus memanfaatkan alam
semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus
harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam
5. Masalah hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya
(selanjutnya disingkat MM).
Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan
manusia, baik secara horizontal (sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi
kepada tokoh-tokoh). Ada pula yang beranggapan individualistis (menilai tinggi
kekuatan sendiri) untuk memudahkan memahami sitem nilai budaya ini, secara
terinci kerangka Kluckhohn dicantumkan dalam tabel berikut.
TABEL 1
Kerangka Kluckhohn mengenai Lima Masalah Dasar dalam Hidup yang
Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah Dasar dalam Hidup
|
Orientasi Nilai Budaya
|
||
Hakikat Hidup (MH)
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu buruk, tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu
menjadi baik
|
Hakikat Karya (MK)
|
Karya itu untuk nafkah hidup
|
Karya itu untuk kedudukan, kehormatan, dan
Sebagainya
|
Karya itu untuk menambah kaya
|
Persepsi manusia tentang waktu (MW)
|
Orientasi ke masa kini
|
Orintasi ke masa lalu
|
Orientasi ke masa depan
|
Pandangan manusia terhadap alam (MA)
|
Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat
|
Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam
|
Manusia berhasrat menguasai alam
|
Hakikat hubungan antar manusia dengan sesamanya (MM)
|
Orientasi kolateral (horizontal), rasa kebergantungan pada
sesamanya (berjiwa gotong royong)
|
Orientasi vertikal, rasa kebergantungan pada tokoh-tokoh atasan
dan berpangkat
|
Individualisme menilai tinggi uasaha atas kekuatan sendiri
|
Di kutip dari Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan
Pembangunan, PT Gramedia, 1981,
hal. 31.
C.
Pengertian Agama
Agama adalah ajaran, sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadahan kepada Tuhan yang Maha
Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkunganya. Agama adalah
ajaran-ajaran dan perintah yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai petunjuk
untuk kebabaikan manusia di dunia maupun di akhirat. Keberadaan agama di Indonesia sudah tidak
asing lagi, karena Indonesia memiliki macam dan ragam agama yang dapat di
pelajari, diantaranya:
1. Agama Islam
2. Agama Kristen
3. Agama Hindu
4. Agama Budha
5. Agama Katholik
D.
Pengertian Masyarakat Indonesia
Pengertian masyarakat dalam bahasa
inggris dipakai istilah “society” yang berasal dari kata latin
“socius”, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari
akat kata Arab “Syaraka” yang berarti “ikut serata,
berpartisipasi”. Maka masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling
bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi.
Masyarakat Indonesia merupakan sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut. Sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar etnitas-etnitas yang saling bergantungan satu sma lain.
Masyarakat
Indonesia berati kumpulan orang yang menduduki atau mendiami daerah di
Indonesia.
Masyarakat di Indonesia tersebar
mulai dari sabang sampai meroeke, dengan demikian dengan tersebarnya masyarakat
akan menciptakan suatu pertukaram unsur kebudayaan. Indonesia merupakan salah
satu negara dengan masyarakat yang banyak dan diikat oleh kesamaan bahasa,
nenek moyang, sejarah atau kebudayaan. Pengertian masyarakat menurut para ahli:
1.
Ralp Linton, seorang ahli antropologi
Masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka dapat
mengorganosasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batasan-batasan tertentu (1936: 91).
2.
J. L. Gillin dan J. P Gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia
terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang
sama. Masyarakat meliputi pengelompokan yang lebih kecil.
3.
Nursin Sumatmadja
Konsep masyarakat memiliki
pengertian rangkap. Di satu pihak masyarakat diartikan sebagai jalinan dan
jalinan pergaulan hidup manusia, sedangkan dilain pihak berarti suatu wadah
pergaulan hidup (1996:6).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Korelasi Seni dan Agama
Pembicaraan tentang seni rupa dalam konteks Islam adalah sesuatu
yang menarik. Hal ini disebabkan karena Islam adalah yang secara umum tidak
menyukai penggambaran mahkluk hidup secara visual. Sebetulnya ini bukanlah
kecenderungan khas Islam; agama Kristen pun pada masa awal perkembangannya
tidak menyukai gambar dan patung manusia. Sebagai mana diketahui, seni rupa
Yunani dan Romawi telah meninggalkan patung dalam jumlah besar kepada kaum
Kristen.
Islam masuk ke Indonesia secara damai. Masuknya agama Islam pertama
kali ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Akan tetapi, sudah tidak
menjadi rahasia lagi bahwa pada abad ke-13 di wilayah kerajaan Majapahit
terdapat sejumlah makam orang Islam. Ini menandakan bahwa islam masuk ke
Indonesia tanpa menunggunjatuhnya Majapahit lebih dulu. Seni rupa Islam berbaur
dengan seni rupa Hindu-Budha dan kemudian terjadilah fusi diantara keduanya.
Meskipun di Indonesia berkembang seni rupa Islam, ciri-cirinya tidak sama
dengan seni rupa Islam yang berkembang di negara-negara Timur Tengah.
Indonesia, di samping menggunakan unsur-unsur yang berasal dari
kebudayaan Islam, keraton-keraton Islam juga mempertahankan sebagian dari
unsur-unsur seni rupa yang berasal dari kebudayaan Hindu-Budha. Bahkan Masjid
Menara Kudus di Jawa Tengah merupakan
campuran unsur-unsur seni rupa Islam, seni rupa Hindu-Buudha, dan seni rupa
Cina. Dengan demikian seni rupa dan agama saling berhubungan satu sama lain
yang menimbulkan bercampurnya unsur-unsur seni rupa dalam agama.
1). Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi
Islami bekembang seiring dengan berkembangnya agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad. Ketidaksukaan Islam terhadap penggambaran mahkluk hidup secara visual
ikut mendorong perkembangan kaligrafi. Meskipun tempat kelahiran Islam adalah Arab
Saudi, kaligrafi tidak hanya berkembang disana. Dalam sejarah kebudayaan Islami
dapat dilihat bahwa seni kaligrafi berkembang juga di Iran, Irak, Turki,
Indonesia. Di samping huruf-huruf naskhi (untuk naskah) berkembang juga
huruf-huruf lain seperti kufi, diwani, tsulusi, farisi, diwani jali, roihan,
dan huruf-huruf kaligrafi bebas.
Tujuan pembuatan
kaligrafi mulanya adalah untuk mengagungkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tetapi
kemudian berkembang kaligrafi yang lebih mementingkan keindahan. Seni kaligrafi
(khat) inilah yang kemudian juga digunakan hiasan arsitektur masjid,
keramik, kaca berwarna dan lain-lain. Pokok penggambaran kaligrafi adalah
ayat-ayat suci Al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Muhammad S.A.W. Bahan yang
digunakan adalah kertas, tinta, pigmen berwarna, cat, logam, kayu, batu. Adapun
teknik pengerjaanya adalah menggunakan pena pada lembaran kertas dan pahat pada
kayu dan batu.
Perkembangan
kaligrafi paling awal di Aceh dan banyak sekali karya kaligrafi yang telah
dihasilkan oleh daerah ini. Salah satu karya kaligrafi yang terkenal adalah
hiasan kaligrafi pada makam Sultan Malik al-Saleh. Kaligrafi yang bagus ini
menghiasi sisi tegak pada batu makam tersebut. Batu makam lain yang juga
dihiasi oleh kaligrafi adalah pada makam Ratu Nahrasiyah dari Samudra Pasai.
Selain di Aceh, batu-batu makam yang juga dihiasi dengan seni kaligrafi
terdapat pada makam-makam di Cirebon, Gresik (Jawa), dan Bone (Sulawesi
Selatan).
Kaligrafi di Aceh
juga menghiasi karya-karya sastra Aceh yang berkembang antara 1500-1900. Salah
satu contohnya adalah hiasan kaligrafi pada karya sastra Bustan as-Salatin
karya Nuruddin al-Raniri dan Syair Berang-berang. Gaya hiasan kaligrafi
pada naskah-naskah sastra ini mirip dengan gaya hiasan kaligrafi pada
naskah-naskah sastra dibeberapa istana seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton
Surakarta.
Kalimat yang
menjadi faforit dalam kaligrafi Aceh adalah syahadah, basmalah, ayat-ayat
Al-Qur’an, dan puisi-puisi sufi. Jenis-jenis tulisan (khat) yang muncul cukup
bervariasi seperti kufi, kufi ornamental, tsulutsi, dan naskhi. Disamping itu,
ada yang diciptakan oleh seniman aceh sendiri. Ada kemungkinan bahwa pemikiran
tokoh-tokoh besar di bidang agama seperti Syamsudin Sumatrani dan Nuruddin
al-Raniri antara abad ke-16-17 M telah menjadi penggerak seni Islam di Aceh.
Ciri-ciri seni Kaligrafi Islami sebagai berikut:
a. Kaligrafi pada sejumlah batu makam di Aceh dan Gresik dikerjakan
dengan artistik, tapi tidak semuanya dibuat di Indonesia.
b. Beberapa Keraton Islam memiliki sejumlah senjata yang dihiasi
dengan kaligrafi secara artistik.
c. Sejumlah kaligrafi pada beberapa masjid (misalnya Keraton
Yogyakarta dan Surakarta) dan bendera pusaka tampak dikerjakan seadanya, jadi
kurang artistik.
d. Di Keraton Yogyakata ada kaligrafi yang diabstarksikan menjadi
motif hias yang tidak begitu mirip dengan huruf Arab, tapi masih bisa dikenali
sumbernya dari huruf-huruf Arab.
Kaligrafi tidak
dibuat sekedar untuk hiasan, tetapi juga dikaitkan dengan makna tertentu.
Biasanya abstarksi huruf-huruf Arab itu merepresentasikan kata ‘Muhammad’, nama
nabi dan rasul terakhir yang mengajarkan agama Islam. Sementara itu, masih
dalam nuansa Islami, Di Museum Sono Budoyo, Yogyakarta, tersimpan sebuah naskah
berjudul Serat Ambiya atau Kitab nabi-nabi yang ditulis dalam huruf Jawa,
tetapi memuat cerita-cerita tentang nabi-nabi, dimulai dari penciptaan dunia
hingga masa Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir.
Kaligrafi
menunjukan bahwa Agama dan seni saling berhubungan satu sama lain, dengan
adanya kaligrafi dalam Islam dan seni
dalam Agama menjadikan sebuah korelasi yang indah sehingga tidak membosankan.
Banyak orang menganggap bahwa seni itu tidak penting, padahal seni sangat
penting untuk menghiasi atau memperindah keadaan. Seni kaligrafi contohnya,
seni kaligrafi dalam Islam sangat membantu untuk memperindah Masjid sehingga
dengan kaligrafi dapat menjadikan orang-orang tertarik trhadap Masjid ini.
2). Seni Kriya
Seni Kriya adalah
wayang, wayang merupakan seni rupa yang sangat terkenal di Indonesia. Ada
beberapa bentuk wayang, yakni wayang Bali, wayang Sasak, wayang Jawa
(Yogyakarta, Surakarta, Kedu, Cirebon), dan wayang Betawi. Ada tiga jenis
wayang yang terkenal, yakni wayang beber, wayang kulit, dan wayang golek.
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, bentuk wayang agak realistik, sama dengan
bentuk wayang yang digambarkan pada relief-relief beberapa candi di Jawa Timur
seperti Candi Jago, Candi Surowono, dan Candi Panataran. Semula wayang
digunakan di lingkungan agama Hindu untuk memberikan ajaran kepada masyarakat
lewat cerita-cerita yang berasal dari Ramayana dan Mahabrata.
Pada masa Islam,
wayang berubah bentuk menjadi lebih dekoratif
dan digunakan untuk kepentingan menyebarkan agama Islam. Dewasa ini
wayang beber tidak populer lagi, tinggal
wayang kulit dan wayang golek yang dibuat dan dipertunjukan. Wayang kulit bisa
dikatakan lebih terkenal dari pada wayang golek. Wayang golek lebih terkenal di
Jawa Barat, sedangkan wayang kulit lebih terkenal di Jawa Tengah.
Wayang beber
adalah jenis wayang yang digambar dalam bentuk sekuens pada gulungan yang
dibuat dari kertas kulit kayu atau dlacang. Ada catatan yang menyatakan
bahwa wayang ini pertama kali muncul sebelum wayang kulit klasik. Wayang beber
telah digunakan sekitar 907 M dalam acara pemujaan nenek moyang. Wayang kulit dalam
bentuk yang masih sederhana muncul sesudahnya. Dari sekian kumpulan wayang
beber, hanya ada dua yang masih tersisa dan disimpan di desa Gedompol, Jawa
Timur. Keduanya melukiskan rangkaian cerita Panji, yakni dongeng pahlawan Panji
Kemang Kuning dan Remang Mangunjaya.
Pada awalnya
gambar-gambar wayang beber dibuat di atas lontar tanpa teks dan ceritanya
berdasarkan literatur dari masa itu. Selanjutnya wayang beber dibuat di atas
kertas kulit kayu yang dibuat di Ponorogo, Jawa Timur. Wayang beber yang berupa
gulungan-gulungan ini menghubungkan cerita-cerita dalam wayang purwa
(berdasarkan Ramayana dan Mahabrata) dan wayang gedog (berdasarkan cerita
Panji). Di Demak kemudian muncul wayang kulit yang disesuaikan dengan ajaran
Islam. Para wali kemudian memasyarakatkan wayang kulit ini untuk kepentingan
ajaran agama Islam. Ini menyebabkan popularitas wayang beber tenggelam. Pada
tahun 1692 diciptakan wayang beber dengn cerita Jaka Kembang Kuning untuk
mengembalikan popularitas wayang beber (Tabrani, 1998: 36).
Ketika raja yang
berkuasa di kerajaan Kartausura lari bersama para pengikutnya pada waktu
terjadinya revolusi tahun 1742, mereka membawa kekayaan beserta wayang beber.
Wayang beber terseut ditemukan kembali pada awal abad ke-20 di Desa
Karangtulan, sebuah daerah berbukit di sebelah tenggara Yogyakarta dan di
Gelaran, Gunung Kidul, Yogyakarta. Kumpulan gulungan yang lebih tua diberi
tanggal dalam bentuk kronogram yang ditafsirkan tahun 1692. Kumpulan gulungan
yang lebih baru ditafsirkan berangka tahun 1735 dan sekarang disimpan oleh Ki
Dalam Cermaguna di Gelaran (Tabrani, 1998:36).
Wayang kulit
sangat menarik bukan hanya karena bentuknya yang artistik tetapi juga karena
cerita-cerita dan filsafat yang melatar belakanginya. Cerita-cerita dalam
wayang kulit yang didasarkan pada kitab Ramayan dan Mahabrata bersumber dari Mahabrata lebih terkenal dari pada cerita-ceria yang bersumberkan dari
Ramayana. Meskipun membawakan cerita-cerita dan menampilkan tokoh-tokoh yang
berasal dari kebudayaan Hindu, wayang kulit digunakan sebagai sarana dakwah
Islam oleh para wali. Perlu diketahui bahwa tokoh-tokoh wayang kulit tidak
bersumber dari kedua kitab tersebut. Tokoh-tokoh punakawan (pelawak)_
Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong_ diciptakan di Indonesia (Jawa).
Sebagian besar
pendapan mengatakan bahwa penciptaan wayang bahwa penciptaan wayang kulit
bergaya dekoratif merupakan jalan keluar dari krndala ajaran Islam yang
cenderung kurarang menyukai penggambaran secara realistik. Dengan dibuat
bergaya dekoratif maka bentuk-bentuk wayang itu tdak ada dalam kenyataan
sehingga dianggap tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Sesungguhnya
penyebaran agama Islam di masa itu tidak harus menggunakan wayang, akan tetapi
mungkin para wali menganggap dakwah memakai wayang akan mudah dimengerti dan
lebih efektif karena masyarakat Jawa pada waktu itu tidak dapat dipisahkan dari
pertunjukan wayang. Pada jaman
Majapahit bentuk wayang kulit mirip bentuk wayang yang dijumpai di Bali
sekarang ini maka bentuk wayang seperti ini dipengaruhi oleh bentuk wayang pada
relief Candi Jago dan Surawana di Jawa Timur. Bentuk wayang ini masih mirip
dengan bentuk manusia sebenarnya sehingga masuk akal para wali kemudian
merintis pembuatan wayang bergaya dekoratif. Bentuk wayang Bali lebih dekat
dengan bentuk yang ada di alam. Hidung wayang Bali misalnya, lebih mirip dengan
hidung manusia, sedangkan hidung wayang kulit Jawa secara umum besar, panjang,
atau runcing.
Pembuatan wayang
kulit dilakukan dengan melibatkan dua tahap, yakni menatah dan menyungging.
Adapun bahan yang digunakan untuk membuat wayang kulit adalah kulit kerbau. R.
M. Sajid (1958: 62-65) menjelaskan secara rinci perkembangan wayang kulit serta
berbagai hal yang berkaitan dengan pertunjukan wayang kulit. Pada masa awal
Islam di Pulau Jawa, yakni masa kekuasaan Raden Patah, wayang kulit belum
ditatah. Wayang mulai ditatah secara detail pada masa Raden Trenggana di Demak.
Bagian-bagian tubuh seperti mata, telinga, dan kuping ditatah dengan teliti.
Permulaan wayang ditatah secara lebih detail dan diberi wanda (penggambaran
karakter fisik, termasuk raut wajah) pada tahun 1541, yakni atas gagasan
Penembahan Senapati, raja pertama Kerajaan mataram. Awalnya tangan wayang masih
menyatu dengan tubuh, tapi kemudian dibuatkan tangan yang terpisah sehingga
dapat digerak-gerakan, kecuali figur raksasa yang tanganya masih menyatu dengan
tubuh.
Menyungging adalah
proses melukisi wayang dengan warna. Lewat proses sungging inilah penggambaran
karakter fisik wayang menjadi lebih jelas. Sejumlah tokoh wayang bahkan dibuat
dengan alternatif warna berbeda untuk adegan yang berbeda. Sebagai contoh,
Werkudara (Bima), Gatotkaca, dan Kresna, dubuat dengan menggunakan warna
tertentu, misalnya kuning dan hitam. Dalam seiiring berjalannya waktu, figur
wayang kulit dengan figur klasik dibuat dalam jumlah banyak.
Wayang memiliki
beberapa gaya dan yang terkenal antara lain adalah gaya Surakarta dan gaya
Yogyakarta. Secara umum, wayang kulit gaya Surakarta sedikit lebih ramping dan
agak tinggi, sedangkan gaya Yogyakarta memiliki bentuk tubuh yang agak pendek.
Dalam lingkungan Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, wayang kulit klasik
itu disakralkan. Hal seperti ini lajim di lingkungan tersebut. Semua benda
koleksi yang dimiliki oleh kedua keraton itu disakralkan, banyak diantaranya
memiliki kekuatan magis.
Wayang golek,
wayang golek dikembangkan pertama kali oleh Sunan Kudus di Jawa Tengah tahun
1583. Di masa lalu wayang golek kadang-kadang dimainkan setelah pertunjukan
wayang kulit. Dalam bahasa Jawa kata ‘golek’ berarti mencari. Dengan demikian,
permainan wayang golek tersebut mengandung ajaran agar para penonton mencari
intisari nasihat yang disertakan dalam pertunjukan wayang tersebut. Wayang
golek kemudian menyebar ke Jawa Barat melalui Cirebon. Wayang golek dibuat dari
kayu dan berbentuk volumetris menyerupai bentiuk manusia. Karena pengaruh
islam, wayang golek pada awalnya tetap didasarkan pada cerita Ramayana dan
Mahabrata sehingga kadang-kadang disebut wayang golek purwa. Dengan
berkembangnya wayang golek, lama-kelamaan berkembang juga kerajinan wayang
golek yang kemudian banyak melahirkan perajin wayang golek. Pusat-pusat
kerajinan wayang golek selanjutnya berkembang di sekitar Bandung dan Bogor.
B.
Korelasi Budaya dan Agama
Hubungan antara kepulauan Nusantara dengan India telah berlangsung
cukup lama. Hal ini menyebabkan masuk dan berkembangya budaya Hindu-Budha di
nusantara. Banyak sumber yang menyebutkan mengenai hal tersebut baik dalam
sumber eksternal maupun iternal.
1. Sumber eksternal
a. Sumber dari
India
Menurut van leur
kegiatan hubungan dagang Indonesia dengan bangsa-bangsa Asia pertama kali
dilakukan dengan India dan kemudian dengan Cina. Kitab dari India yang
menjelaskan tentang nusantara antara lain kitab Jataka dan Ramayana.
Terdapat beberapa kesulitan terhadap kedua kitab tersebut sebagai sumber yang
digunakan untuk mengungkap awal kedatangan pengaruh india ke Indonesia. Pertama,
kapan kedua kitab ditulis. Kedua, sejak kapan keterangan tentang
tempat-tempat tersebut dikrtahui oleh kalangan sastrawan. Ketiga, apakah
penulisanya mengetahui benar berbagai keterangan geografis yang berasal dari
para pelaut tersebut (M. D. Poesponagoro dan N. Notosusanto, 1984: 5).
b. Sumber dari Cina
Kontak hubungan
antara Indonesia dengan Cina diperkirakan telah berkembang pada abad ke-5,
dibuktikan dengan kisah perjalanan seorang pendeta Budha bernama Fa Hien dan
Gunawarman.
c. Sumber dari Yunani
Keterangan lain
tentang adanya hubungan dagang antara India dengan Cina adalah kitab Periplous
tes Erythrasthalasses. Periplous adalah kitab pedoman untuk berlayar
di lautan Samudra Hindia. Yang diperkirakan ditulis pada awal tarikh Masehi.
Selain itu hungan India Indonesia dapat diketahui dari Claudius Ptolomeus yang
menuliskan Geographike Hyphegsis, yaitu sebuah kitab petunjuk membuat
peta. Dalam kitab ini disebutkan sebuah tempat bernama Labadious, Pulau Jelai. Yawa
adalah bahasa Sanskerta untuk menyenyebut Jelai. Diou adalah diwu
dalam bahasa Pakrit dan dwipa dalam bahasa Sanskerta artinya ‘pulau’.
Meskipun masih diragukan, tetapi jelas bahwa pada saat itu telah dapat
pengetahuan mengenai daerah di sebelah Timur India yang sampai di dunia Barat.
2. Sumber Internal
a. Prasasti
Prasasti adalah
pertulisan tentang maklumat atau keputusan resmi yang dipahatkan pada batu,
lontar, atau pada logam yang dirumuskan menurut kaidah-kaidah tetrtentu serta
ditandai dengan upacara. Prasasti merupakan artefak bertulis yang dipahatkan
pada batu, logam, tanah liat, lontar, atau kayu. Beberapa prasasti tertua di
Indonesia yang menunjukan hubungan antara Indonesia dengan India antara lain
Prasasti Mulawarman di Klaimantan Timur yang berbentuk yupa (tiang dari batu),
prasasti Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Prasasti yang
berisikan syair menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta. Huruf tersebut
diperkirakan merupakan huruf yang umum dipergunakan pada tahun 400 dan bahasa
Sanskerta merupakan bahasa resmi di India. Dari bukti-bukti yang ada, dapat
dipastikan bahwa pada masa Mulawarman dan Purnawarman terdapat pengaruh budaya
India, termasuk dalam kehidupan keagamaan yaitu sebagai penganut agama Hindu.
b. Arca
Bukti adanya hubungan dan pengaruh tertua budaya India di Indonesia
adalah dengan ditemukanya arca Budha yang terbuat dari perunggu di Sempaga,
Sulawesi Selatan. Penemuan arca ini memberikan petunjuk tentang tarf hidup dan
budaya bangsa Indonesia pada waktu itu. Berdasarkan ciri ikonografinya arca
Sempaga ini berasal dari mazhab seni Amarawati. Arca ini kemungkinan dibuat di
sana dan dibawa ke Indonesia sebagai barang dagangan dan mungkin sebagai barang
persembahan untuk vihara atau bangunan suci agama Budha. Arca laggam Amarawati
ini juga ditemukan di Jember dan Bukit Siguntang. Sejumlah arca Budda laggam
seni Gandara ditemukan di kota Bangun (kutai).
Hubungan dagang dengan India telah menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam bentuk tata negara di sebagian daerah Indonesia.
Selain itu telah terjadi juga perubahan dalam tata dan susunan masyarakatnya
sebagai akibat penyebaran agama Budha dan Hindu. Dengan demikian hubungan
Indonesia dengan agama Hindu-budha sangat erat, sehingga unsur-unsur budaya
Hindu-budha melekat dalam masyarakat Indonesia.
Perkembangan Budaya Hindu-Buddha di Indonesia
a. Agama Hindu-Buddha di Jawa Tengah
Bukti tertulis tertua yang ditemukan terkait pengaruh kebudayaan
Hindu di Indonesia adalah prasasti-prasasti yang ditemukan di wilayah Kutai,
Kalimantan Timur yang menyebutkan nama Raja Mulawarman. Berdasarkan
prasasti-prasasti tersebut jika diketahui bahwa Raja Mulawarman telah mendatangkan
banyak penganut ajaran Siwa ke Kerajaanya. Prasasti pada pemerintahan
Mulawarman memberikan informasi mengenai kehidupan keagamaan, antara lain
penyebutan Ansuman yaitu dewa matahari dalam agama Hindu, upacara sedekah oleh
Mulawarman pada Waprakeswara yaitu tempat suci yang selalu dihubungkan dengan
Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Dalam perkembangan agama Hindu-Buddha di Jawa bagian Tengah aliran
agama yang populer adalah ajaran Hindu Trimurti, terutama pemujaan terhadap
Siwa. Seiring dengan perkembangannya ajaran Hindu Siwa, datang pula pengaruh
agama Buddha Mahayana di tengah-tengah masyarakat Jawa kuno. Dengan demikian di
Jawa Tengah antara abad ke-8 sampai abad ke-10 berkembang dua agama besar,
yaitu agama Hindu Siwa dan Buddha Mahayana.
Awal hadirnya agama Hindu Trimurti dalam masyarakat Jawa dapat
diketahui dari prasasti tertua yang telah ditemukan, yaitu prasasti Canggal
yang berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal yang berhurufkan Pallawa dan
berbahasa Sanskerta, ditemukan di Desa Canggal daerah Kedu Jawa Tengah.
Prasasti ini berisikan pemujaan terhadap Dewa Siwa Dewa yang diutamakan
diantara ketiga dewa tertinggi (Brahma, Wisnu, Siwa) dalam agama Hindu. Di
samping itu dalam prasasti Dinoyo yang ditemukan Di Desa Dinoyo, Malang, Jawa
Timur yang ditulis pada tahun760 M juga mengandung informasi yang terkait
dengan agama Hindu di Indonesia.
b. Agama Hindu-Buddha di Jawa Timur
Dalam perkembangannya di Jawa Timur, agama Siwa dan Buddha hidup
berdampingan dan saling memengaruhi satu sama lain. Dalam ajaran agama Siwa di
Jawa bagian Timur, Siwa dipandang sebagai dewa tertinggi. Ia diidentikkan
dengan zat yang Mutlak, transenden, tidak dapat ditembus oleh akal pikir
manusia. Agama Siwa telah banyak dipengaruhi oleh Mahayana dan Falsafah
Wedanta, terlihat dalam penyebutan nama lainya seperti Paramasiwa, Sunya,
Nirwana, Nairatmya, Parabrahman, dan sebagainya (Harun Hadiwijono, 1976: 92).
Buku-buku keagamaan baik Hindu maupun Buddha pada era Mpu Sindok
sampai Airlangga antara lain Bhuwanakosa, Bhuwanasangksepa, Wrahaspatitattwa
(Hindu), dan Sanghyang Kamahayanikan Mantrayana serta Sanghyang
Kamahayanikan (Buddha). Pada inti isi Sanghyang Kamahayanikan
menunjukan bentuk yang bermacam-macam dari ajaran kelepasan (agama Siwa, Wisnu,
dan Buddha) pada asasnya adalah sama. Pertumbuhan agama Siwa dan agama buddha
menjadi satu semakin nyata dalam perkembangannya di Jawa Timur (Harun
Hadiwijono, 1979: 95).
Raja Airlangga sendiri merupakan seorang pemuja Wisnu. Abunya
dikubur di pemandian (candi) Belahan dan dilambangkan dengan sebuah patung
Wisnu yang menunggang Garuda. Meskipun merupakan penanut agama Wisnu, Airlangga
juga membangun sebuah biara Buddha pada tahun 1035 yang dinamakan
Sriwijayasrama yang dipersembahkan bagi istrinya yang bernama Sanggrama wijaya Dharma
prasadot tunggadewi. Adanya pengaruh Jawa asli yang semakin dalam, Raja
dipandang sebagai daya pusat magis yang memancarkan dayanya sehinnga raja
dipandang mampu memberikan keselamatan, kesejahtraan, dan kemakmuran bagi
negara. Raja merupakan penjelemaan dewa yang tertinggi.
c. Agama Hindu di Bali
Pada awal abad Masehi Bali telah mengadakan hubungan dagang dengan
India. Di Bali Selatan terdapat kerajaan dengan kebudayaan Hindu (antara
600-1000), berpusat di Pejeng dan Bedulu dengan raja-raja keturunan Warmadewa.
Berdasarkan tradisi lisan diketahui bahwa Bali juga telah mengadakan hubungan
dengan Jawa. Hubungan antara Jawa dan Bali semakin erat pada masa pemerintahan
Airlangga di Jawa Timur pada abad ke-11. Airlangga merupakan keturunan Raja
Udayana dengan Mahendradatta, putri dari Mpu Sindok penguasa Jawa Timur.
Udayana menaruh perhatian besar terhadap Hindu. Beliau mendatangkan Mpu
Kuraturan yang kemudian sangat berjasa dalam menyatukan di Bali, yaitu sekte
Siwa Siddhanta, Pasupata, Bhairawa, Waisnawa, Sogata, Bhrahmana, Rsi, Sora, dan
Ganapatya, menjadi pemujaan terhadap Tri Murti.
Beberapa peninggalan yang menunjukan berkembangnya ajaran Hindu di
Bali antara lain percandian Gunapriya di Burwan dengan perwujudan Durga
Mahisasuramardini, prasasti anak Wungsu sebagai Hari yang mengindikasikan
pemujaan sekte Waisnawa, dan prasasti Jayasakti sebagai penjelemaan dewa
Wisnu. Bali mulai melepaskan ikatan dari Jawa Timur ketika kerajaan Kadiri dan
Jenggala selalu terlibat konflik. Pada tahun 1284 Kertanegara Raja Singasari
menaklukkan Bali. Penguasaan Singasari atas Bali diserahkan kepada Patih Kebo
Parud. Pada masa ini dalam perkembangan agama Hindu di Bali, sekte Bhairawa
berkembang dengan baik. Hal ini bisa ditunjukan dengan patung Kebo Edan di Pura
Kebo Edan di Gianyar. Raja Kertanegara sendiri merupakan penganut aliran Bhairawa.
d. Agama Buddha Di Sumatra
Aliran agama Budhha Hinayana merupakan aliran agama yang pada
awalnya berkembang pesat di Sriwijaya. Hal ini diketahui dari sumber-sumber
Cina. Para pendeta Cina yang datang ke Sumatra dan Jawa justru mempelajari
kitab-kitab Buddha Hinayana. Namun demikian dalam proses perkembangannya aliran
Hinayana ini justru terdesak oleh perkembangan ajaran Budhha Mahayana, baik di
Jawa mupun di Sumatra.
Perkembangan aliran Budhha Mahayana di Sumatra dikuatkan dengan
peninggalan-peninggalan material berupa monumen, arca, relief, maupun prasasti.
Kemungkinan besar aliran Mahayana yang meluas karena adanya dukungan dari
dinasti raja-raja yang kuat, yaitu Dinasti Syailendra. Di wilayah Jambi banyak
ditemukan benda-benda kepurbakalaan dari bata. Oleh masyarakat setempat situs
tersebut dinamakan Candi Astano, Tinggi, Gumpur, Kembar Batu, Kedaton, dan
lain-lain. Namun arsitek candi-candi ini berbeda dengan candi yang terdapat di
Jawa Tengah atau Jawa Timur.
Beberapa arca yang ditemukan di situs Muara Jambi antara lain arca
Prajnaparamita dan makara. Para ahli memperkirakan bahwa situs Muara Jambi pada
masanya (antara abad ke-12-13) merupakan pusat aktivitas agama Mahayana yang
cukup ramai. Sisa-sisa bangunan yang merupakan wihara atau dharmmasala
mengindikasikan banyaknya kaum agamawan yang melakukan ritus peribadatan di
pusat keagamaan tersebut.
Kompleks bangunan sucu Buddha yang lain adalah kompleks Muara Takus
yang terletak di Sungai Kampar Kanan di pedalaman Riau. Di situs tersebut
berhasil dipugar bangunan Mahligai Stupa sebagai satu-satunya bangunan yang
menyerupai menara tinggi dengan bentuk silindris di Indonesia. Di puncak menara
yang datar terdapat bentuk Stupa dengan bagian pinakelnya yang agak rendah
(Agus Aris Munandar, 2009: 56).
C.
Korelasi Seni dan Budaya
Suatu masalah tersendiri yang dapat diperdalami mengenai kesenian
dalam suatu kebudayaan adalah mengenai ada atau tidaknya pemisahan antara apa
yang digolongkan sebagai “seni” dan apa yang “hiburan”. Kajian susastra pernah
mengembangkan analisis mengenai sifat-sifat dolce (menyenangkan) dan utile
(berguna) di dalam karya sastra. Di samping suatu jenis karya sastra
tertentu dapat mengarah pada salah satu sifat saja maka terdapat pula
kemungkinan ada karya-karya sastra, atau jenis ungkapan seni lain yang sekaligus
dapat memiliki kedua sifat. Dengan hadirnya dua sifat tersebut akan
menghasilkan suatu kenikmatan atau kepuasan bagi orang yang melihatya, sepeti
misalnya yang terdapat dalam suatu sajian pertunjukan wayang kulit dengan
banyak macam adegan di dalamnya.
Wayang kulit yang termasuk kebudayaan indonesia yang disajikan
dengan ungkapan seni sehingga menghsilkan suatu tontonan yang menghibur
masyarakat. Dalam pertunjukan wayang kulit terdapat dua sifat yang berbeda yang
digunakan antara lain:
1. Seni yang sering juga disebut sebagai “seni adihulung”
adalah jenis ungkapan seni yang mempunyai implikasi kepada perenungan, didukung
oleh teknik yang cukup rumit, ada perangkat konsep yang mendasarinya.
2. Hiburan sifatnya langsung merangsang panca indra atau
juga tubuh untuk mengikuti dengan dengan gerak, menimbulkan sifat sensasional.
Bentuk-bentuk seni dalam berbagai modus penyajian banyak tergolong
hiburan-hiburn dewasa yang memenuhu pasar di Indonesia. Dalam berbagai modus
penyajianya seperti yang langsung berupa pertunjukan, yang berupa siaran
(langsung atau tunda), ataupun yang berupa hasil kemasan dalam bentuk kaset,
CD, VCD, dan lain-lain. Semua hiburan yang berupa seni dikemas sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu karya dengan kecakapan yang luar biasa.
Perbandingan tampilan atas yang seni dan yang hiburan tampak sangat
berat ke hiburan tanpa memperhatikan seni yang terkandung di dalamnya. Kondisi
seperti itu tentu memerlukan penyimakan melalui penelitian sehingga dari
hasil-hasil kajian itu akan dapat diketahu misalnya seberapa kuat ‘daya
memaksa’ dari produk-produk industri budaya yang berisi hiburan itu, atau
sebaliknya, seberapa lemah dan terpinggirnya upaya seni dari jenis yang serius,
yang lebih memerlukan energi mental dan perenungan. Pada umumnya seni yang
bersifat serius pada akhirnya dapat memperkaya batin, baik pada pelaku maupun
penikmatnya.
Seni budaya Indonesia sangatlah banyak, salah satu bentuk seni
budaya Indonesia adalah wayang. Wayang merupakan suatu kebudayaan sekaligus
sebagai seni rupa yang exsotis, wayang dibuat degan tangan-tangan yang ahli
dalam seni rupa sehingga terciptalah suatu karya seni yang sekaligus
berhubungan dengan budaya. Dalam merealisasikannya, wayang salah satu seni
budaya yang merupakan sutu tontonan atau sajian bagi masyarakat Indonesia.
Masyarakat sering kali acuh terhadap seni budaya Indonesia. Sehingga seiring
dengan berjalanya waktu seni budaya indonesia akan menghilang atau akan lenyap
begitu saja. Contohnya seni wayang, wayang yang jaman dulu sangat digemari oleh
masyarakat sehingga menjadi sebuah tontonan yang menghibur, akan tetapi di
jaman yang serba modern seni wayang terpinggirkan dan tidak banyak orang yang
menggemarinya. Sebuah seni budaya akan berkembang jika orang-orang peduli
terhadap pengembangannya dan ikut berpartisipasi dalam melestarikannya.
Saung Angklung Udjo sebagai tempat melestarikan seni budaya
Indonesia yang mempunyai tujuan sebagai labilatorium kependidikan dan pusat
belajar untuk memelihara kebudayaan sunda, khususnya angklung. Saung Angklung
Udjo didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati,
dengan maksud untuk melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan
taradisional sunda. Berlokasi di Jalan Padasuka no 118, Bandung Timur. Dengan
suasana tempat yang segar dan dikelilingi oleh pohon-pohon bambu, dari
kerajinan bambu dan interior bambu sampai alat musik bambu.
Disamping pertunjukan rutin setiap sore, Saung Angklung Udjo telah
berkali-kali mengadakan pertunjukan khusus yang dilakukan pada pagi hari atau
siang hari guna mengembangkan seni budaya Indonesia. Pertunjukan tersebut tidak
terbatas diadakan dilokasi Saung Angklung Udjo saja, tetapi berbagai undangan
tampil di berbagai tempat baik di dalam maupun di luar negeri. Saung Angklung
Udjo tidak terbatas hanya pada menjual seni pertunjukan saja, tetapi berbagai
produk alat musik bambu tradisional (angklung, arumba, calung, dan yang lainya)
dibuat dan dijual kepada para pembeli yang tertarik
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indonesia adalah negara kaya dengan budaya,
kesenian
dan agama
yang beraneka ragam. Setiap daerah di Indonesia
mempunyai perbedaan dalam kebudayaan, kesenian
dan agama,
hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia hidup berdampingan meskipun dengan kebudayaan,
kesenian
dan agama
yang berbeda. Semua itu tidak datang begitu saja, dengan adanya kehidupan dari
generasi sebelumnya yang mewariskan berbagai macam kebudayaan dan kesenian
kemudian warisan tersebut dilestarikan dan dijaga dengan baik sehingga generasi
yang akan datang bisa menikmatinya.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan
mengenai Korelasi Antara Seni, Budaya, dan Agama di Tinjau dari Kebiasaan
Masyarakat Indonesia yaitu:
1. Adanya korelasi antara seni, budaya, dan agama yang sudah
menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia sebagai kebudayaan maupun adat istiadat
yang terus dilakukan turun temurun sehingga menjadi kekayaan Indonesia.
2. Setiap kolompok masyarakat mempunyai seni, budaya, dan agama
yang saling keterkaitan, salah satunya adalah wayang yang sudah terkenal di
Indonesia yang mana setiap kelompok masyarakat mempunyai cirikhas wayang
masing-masing. Ada beberapa bentuk wayang, yakni wayang Bali, wayang Sasak,
wayang Jawa (Yogyakarta, Surakarta, Kedu, Cirebon), dan wayang Betawi.
3. Bentuk seni, budaya, dan agama di Indonesia sangat beragam
bentuknya, beberapa bentuk dari sekian banyak bentuk seni, budaya, dan agama di
Indonesia dapat diambil sampel yaitu: seni kaligrafi, seni kriya (wayang),
prasasti, arca.
4. Literatur sejarah yang menyebutkan tentang hubungan antara seni,
budaya, dan agama adalah dengan adanya temuan prasasti dan arca yang
menyebutkan adanya hubungan antara agama dan budaya, kisah Wali Songo dan
Mahabrata yang menyebutkan hubungan antara seni dan agama.
B.
Rekomendasi
Untuk menjaga kelestarian seni
budaya untuk khususnya setiap keluarga atau kelompok masyarakat mengenalkan
seni budaya yang hampir menghilang kepada generasi-generasi muda, sehingga
generasi muda akan mampu mengenal dan menguasainya dan kemudian hari akan
mengajarkan kepada generasi seterusnya. Kemungkinan besar apabila keluarga atau
kelompok yang mengajarkan kepada generasi penerus akan lebih mudah diserap dan
dipahami, karena merekan sudah saling kenal satu sama lain dan hidup bersama dalam
lingkungan hidupnya.
Menjaga kelestarian seni budaya
tiadak akan sempurna apabila hanya dilakukan dilingkungan keluarga, untuk lebih
umumnya setiap sekolah membuat sanggar seni budaya dilingkungan sekolahnya yang
kemudian sanggar tersebut akan sangat berguna untuk mengenalkan seni budaya
Indonesia. Sangatlah miris anak-anak jaman sekarang sudah hidup dalam dunia
modern sehingga tidak mengetahui seni budaya jaman dahulu. Membuat museum yang
didalmnya terdapat seni budaya yang menckup kepada 33 provinsi di Indonesia.
Videoslots.com Videoslots.com | Live TV Casino Games
BalasHapusVideoslots.com. Live Video Casino Games. The home for free and instant cash rewards and great fun! Play over 200 youtube to mp3 player Video Slot Games and get instant play
Casinos Near Trump International Airport - Mapyro
BalasHapusCasinos Near Trump International Airport · Closest 안성 출장안마 airport to airport in USA · Westmoreland airport to airport in 성남 출장안마 USA · Newest 군산 출장마사지 casinos, 사천 출장안마 casinos, 인천광역 출장마사지 and entertainment attractions around